Assalamualaikum..
Pernah dengar tentang sejarah 'ghadir khum'..
InsyaAllah hari ni BunkCop akan huraikan sikit tentang ghadir khum ni..
Ghadir Khum tu nama tempat |
Hadits Ghadir Khum merupakan hujjah pokok kaum syi'ah,
yang diyakini sebagai pelantikan 'Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu sebagai
pemimpin kaum muslimin selepas kepergian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam. Dan Keyakinan tersebut adalah satu titik tolak perbedaan
ahlussunnah dan golongan syi'ah, dimana perbedaan tersebut tidak mungkin
dipertemukan. Karena kenyataan sejarah menunjukkan bahwa sepeninggal Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam kaum muslimin hidup dibawah kepemimpinan Abu Bakr
al-Shiddiq, kemudian Umar bin al-Khaththab, kemudian berganti lagi Utsman bin
Affan, baru setelah itu Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anhum.
Sehingga keyakinan bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam telah melantik Ali ra sebagai penggantinya, memiliki
konsekuensi bahwa Abu Bakr, Umar, Utsman dan para sahabat yaitu generasi awal
kaum muslimin yang membaiat mereka radhiallahu 'anhum, adalah para penjahat
yang berkhianat kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Padahal
al-Qur'an dan as-Sunnah adalah haq dan sampai kepada kita kaum muslimin melalui
para sahabat, yaitu generasi awal kaum muslimin tersebut. Adakah kita sebagai
kaum muslimin mau menerima apabila dikatakan bahwa agama kita adalah warisan
dari para penjahat dan pengkhianat ? Sekali-kali kita tidak akan terima.
Hadits yang dimaksud adalah sabda Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam : "Man kuntu maulaahu fa 'Aliyyun maulaahu" (Barang
siapa yang aku adalah maulanya, maka 'Ali adalah maulanya). Bagaimana
sebetulnya memahami hadits ini ? Betulkah hadits itu adalah pelantikan Ali ra
sebagai pemimpin yang menggantikan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
selepas kepergian beliau ? Membaca satu kalimat dengan menutup mata akan sebab
akibat, latar belakang, atupun konteks dari kalimat tersebut tentu saja akan
menghasilkan kesimpulan yang keliru, jauh dari kebenaran.
Oleh karena itu mari kita melihat riwayat-riwayat yang
berkaitan dengan hadits tersebut, yang diantaranya terkait langsung dengan
peristiwa dimana hadits tersebut muncul, dan yang lain adalah berkaitan dengan
peristiwa ketika 'Ali ra meminta kesaksian kepada orang-orang atas apa yang
diucapkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di Ghadir Khum.
Pertama, Peristiwa Apakah Yang Melatarbelakangi
Munculnya Hadits Tersebut ?
حدثنا الفضل بن دكين حدثنا ابن أبي غنية عن الحكم عن سعيد بن جبير عن ابن عباس عن بريدة قال غزوت مع علي اليمن فرأيت منه جفوة فلما قدمت على رسول الله صلى الله عليه وسلم ذكرت عليا فتنقصته فرأيت وجه رسول الله صلى الله عليه وسلم يتغير فقال يا بريدة ألست أولى بالمؤمنين من أنفسهم قلت بلى يا رسول الله قال من كنت مولاه فعلي مولاه
Dari Buraidah berkata: Aku perang bersama 'Ali di
Yaman, aku melihat sikap dingin darinya, saat aku tiba dihadapan Rasulullah
Shallallahu'alaihiwasallam, aku menyebut-nyebut Ali, aku mencelanya lalu aku
melihat rona muka Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam berubah kemudian
bersabda: Hai Buraidah! Bukankah aku lebih utama bagi orang-orang mu`min
melebihi diri mereka. Aku menjawab: Benar wahai Rasulullah! Rasulullah
Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Man kuntu maulaahu fa 'Aliyyun
maulaahu."
- Syaikh Syu'aib al-Arna'uth
: Isnadnya shahih atas syarat syaikhain (Musnad imam Ahmad tahqiq Syaikh
Syu'aib al-Arna'uth, Mu'assasah al-Risalah, hadits no.22945, Juz 38 hal. 32)
- Syaikh Hamzah Ahmad al-Zain
: Isnadnya shahih (Musnad Ahmad Tahqiq Hamzah Zain, Darul Hadits -
Kairo, hadits no. 22841, Juz 16 hal. 475)
Perhatikanlah hadits diatas, sangat jelas bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam mengucapkan "Man kuntu maulaahu fa
'Aliyyun maulaahu" ada sebabnya, yaitu karena ada protes dari
sahabat berkaitan dengan sikap 'Ali ra. Oleh karena itu hadits tersebut tidak
lain bermakna sebagai pembelaan rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kepada
'Ali bin Abi Thalib, tidak lebih. Kalau hubungan sebab akibat sudah demikian
jelasnya, apa ada jalan lain lagi untuk menakwilkan hadits diatas ? Yang
namanya hubungan sebab akibat itu, tidak akan ada akibat kalau tidak ada
sebabnya. Dan sebab munculnya hadits diatas itu adalah jelas, yaitu karena
adanya protes, bukan karena adanya perintah dari Allah Subhanahu wa ta'ala
untuk melantik 'Ali bin Abi Thalib sebagai pemimpin yang harus menggantikan
secara langsung selepas kepergian rasulullah shallallahu 'alai wa sallam.
Kedua, Apa Sebab Ali ra Mengumpulkan Orang-orang Untuk
Meminta Kesaksian Atas Apa Yang Disabdakan Oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa sallam Di Ghadir Khum ?
Riwayat hadits berikut sering juga disebut-sebut oleh
kaum syi'ah untuk menunjukkan bahwa sebetulnya 'Ali ra sendiri memahami bahwa "Man
kuntu maulaahu fa 'Aliyyun maulaahu" adalah hujjah bagi
kepemimpinannya, terbukti bahwa akhirnya 'Ali ra meminta kesaksian orang-orang
atas apa yang mereka dengar dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di
Ghadir Khum.
حدثنا عبد الله حدثنا علي بن حكيم الأودي أنبأنا شريك عن أبي إسحاق عن سعيد بن وهب وعن زيد بن يثيع قالا نشد علي الناس في الرحبة من سمع رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول يوم غدير خم إلا قام قال فقام من قبل سعيد ستة ومن قبل زيد ستة فشهدوا أنهم سمعوا رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول لعلي رضي الله عنه يوم غدير خم أليس الله أولى بالمؤمنين قالوا بلى قال اللهم من كنت مولاه فعلي مولاه اللهم وال من والاه وعاد من عاداه
Dari Sa’id bin Wahb dan Zaid bin Yutsai’ keduanya
berkata “Ali pernah meminta kesaksian orang-orang di al-rahbah “Siapa yang
telah mendengar Rasulullah SAW bersabda pada hari Ghadir Khum maka berdirilah.
Enam orang dari arah Sa’id pun berdiri dan enam orang lainnya dari arah Za’id
juga berdiri. Mereka bersaksi bahwa sesungguhnya mereka pernah mendengar
Rasulullah SAW bersabda kepada Ali di Ghadir Khum “Bukankah Allah lebih berhak
terhadap kaum mukminin”. Mereka menjawab “benar”. Beliau bersabda ““Allahumma
Man kuntu maulaahu, fa 'Aliyyun maulaahu, Allahumma waali man waalahu,
wa 'aadi man 'aadahu”.
- Syaikh Syu'aib al-Arna'uth : Shahih
lighairihi (hadits no. 950, juz 2 hal. 262)
- Syaikh Ahmad Syakir : Isnadnya
shahih (Musnad Ahmad Tahqiq Syaikh Ahmad Syakir, Darul Hadits - Kairo,
hadits no. 950, Juz 2 hal. 18)
Riwayat diatas secara sepintas memang terlihat bahwa
'Ali ra sedang berhujjah akan kepemimpinannya menggunakan hadits Ghadir Khum.
Tetapi apakah betul anggapan seperti itu ? Kenyataannya, riwayat diatas tidak
menjelaskan apa sebab 'Ali ra mengumpulkan orang-orang untuk meminta kesaksian.
Dimana peristiwa tersebut terjadi pada saat 'Ali ra sudah menjadi khalifah, dan
setting lokasinya berada di ar-Rahbah, yaitu suatu tanah lapang yang berada di
Kufah, pusat pemerintahan 'Ali ra saat itu.
Kalau memang 'Ali ra meminta kesaksian atas hadits
Ghadir Khum sebagai hujjah atas kepemimpinannya, mengapa tidak dilakukan ketika
berlangsungnya pembaiatan Abu Bakr, Umar, ataupun Utsman radhiallahu 'anhum ?
Mengapa justru ketika beliau sudah menjadi pemimpin kaum muslimin baru
menyinggung-nyinggung hadits Ghadir Khum tersebut ? Riwayat-riwayat shahih yang
menunjukkan apa sebab 'Ali ra mengumpulkan orang-orang di ar-Rahbah
dalam hal ini akan sangat penting untuk menjelaskan pertanyaan tersebut. Dan
riwayat diatas tidak menjelaskannya.
Ada lagi riwayat dari Abi Thufail seperti berikut ini,
dimana dijadikan oleh seorang syi'i sebagai hujjah untuk menunjukkan sebab 'Ali
ra mengumpulkan orang-orang di ar-Rahbah untuk meminta kesaksian hadits Ghadir
Khum.
حدثنا حسين بن محمد وأبو نعيم المعنى قالا ثنا فطر عن أبي الطفيل قال جمع علي رضي الله تعالى عنه الناس في الرحبة ثم قال لهم أنشد الله كل امرئ مسلم سمع رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول يوم غدير خم ما سمع لما قام فقام ثلاثون من الناس وقال أبو نعيم فقام ناس كثير فشهدوا حين أخذه بيده فقال للناس أتعلمون أني أولى بالمؤمنين من أنفسهم قالوا نعم يا رسول الله قال من كنت مولاه فهذا مولاه اللهم وال من والاه وعاد من عاداه قال فخرجت وكأن في نفسي شيئا فلقيت زيد بن أرقم فقلت له إني سمعت عليا رضي الله تعالى عنه يقول كذا وكذا قال فما تنكر قد سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول ذلك له
Dari Abi Thufail yang
berkata “Ali mengumpulkan orang-orang di al-rahbah dan berkata “Aku meminta
dengan nama Allah agar setiap muslim yang mendengar Rasulullah SAW bersabda di
Ghadir khum terhadap apa yang telah didengarnya. Ketika ia berdiri maka
berdirilah tigapuluh orang dari mereka. Abu Nu’aim berkata “kemudian berdirilah
banyak orang dan memberi kesaksian yaitu ketika Rasulullah SAW memegang
tangannya (Ali) dan bersabda kepada manusia “Bukankah kalian mengetahui bahwa
saya lebih berhak atas kaum mu’min lebih dari diri mereka sendiri”. Para
sahabat menjawab “benar ya Rasulullah”. Beliau bersabda “Man kuntu maulaahu fa
hadza maulaahu Allahumma waali man waalahu, wa 'aadi man 'aadahu. Abu
Thufail berkata “lalu aku keluar dan sepertinya dalam hatiku ada sesuatu
maka aku menemui Zaid bin Arqam dan berkata kepadanya “sesungguhnya aku
mendengar Ali RA berkata begini begitu, Zaid berkata “Apa yang patut diingkari,
aku mendengar Rasulullah SAW berkata seperti itu tentangnya”.
Berdasarkan riwayat Abi Thufail diatas, seorang
syi'i di dalam blognya (secondprince) menulis :
Sebagian orang membuat takwilan batil bahwa kata mawla
dalam hadis Ghadir Khum bukan menunjukkan kepemimpinan tetapi menunjukkan
persahabatan atau yang dicintai, takwilan ini hanyalah dibuat-buat. Jika memang
menunjukkan persahabatan atau yang dicintai maka mengapa ada sahabat Nabi yang
merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya ketika mendengar kata-kata Imam
Ali di atas. Adanya keraguan di hati seorang sahabat Nabi menyiratkan bahwa
Imam Ali mengakui hadis ini sebagai hujjah kepemimpinan. Maka dari itu sahabat
tersebut merasakan sesuatu yang mengganjal di hatinya karena hujjah hadis
tersebut memberatkan kepemimpinan ketiga khalifah sebelumnya. Sungguh tidak
mungkin ada keraguan di hati sahabat Nabi kalau hadis tersebut menunjukkan
persahabatan atau yang dicintai.
Pandangan syi'i diatas itu sepintas terlihat logis,
tetapi kalau dicermati, sikap Abu Thufail yang menyatakan ada sesuatu di
pikirannya sehingga menemui Zaid bin Arqam tersebut belum menjawab apa
sebab 'Ali ra mengumpulkan orang-orang di ar-Rahbah untuk meminta kesaksian
hadits Ghadir Khum. Sebab sikap Abu Thufail tersebut berlangsung setelah 'Ali
ra meminta kesaksian, bukan sebaliknya. Apalagi kemudian seorang syi'i tersebut
mengatakan : "Maka dari itu sahabat tersebut merasakan sesuatu yang
mengganjal di hatinya karena hujjah hadis tersebut memberatkan kepemimpinan
ketiga khalifah sebelumnya". Darimanakah kesimpulan seperti itu,
sedangkan Abu Thufail hanya berkata "dan sepertinya dalam diriku ada
sesuatu." Darimana diketahui bahwa Abu Thufail menganggap bahwa hadits
Ghadir Khum tersebut memberatkan ketiga khalifah sebelumnya ? Atau seorang
syi'i itu memiliki ilmu terawangan yang mampu membaca isi hati seseorang yang
hidup lebih dari seribu tahun yang lalu ?
Dan akan lebih menarik lagi jika kita mencari tahu
sosok Abu Thufail ini. Padahal beliau ini adalah salah satu tokoh yang
dibangga-banggakan syi'ah sebagi seorang yang berpaham syi'ah yang menghiasi
riwayat yang ada dalam literatur ahlussunnah. Salah seorang ulama syi'ah
Syarafuddin Abdul Husein al-Musawi, dalam bukunya yang sangat terkenal
(terkenal dustanya) yaitu al-Muraja'at (Dialog Sunnah-Syi'ah), pada dialog
ke-16 menyebutkan seratus nama dari kalangan syi'ah yang termasuk dalam rangkaian
sanad-sanad ahlussunnah. Kemudian pada nama ke-45, disebutkan Amir bin Watsilah bin Abdullah al-Laitsi al-Makki (Abu Thufail).
Pertanyaannya adalah, mana ada seorang syi'ah meragukan kepemimpinan 'Ali
bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu ?
Oleh karena itu, menjadikan sikap Abi Thufail diatas
sebagai hujjah bahwa 'Ali ra mengumpulkan orang-orang untuk menjadikan hadits
Ghadir Khum sebagai hujjah bagi kepemimpinannya, sama sekali tidak
berdasar dalil, kecuali dalil menebak-nebak isi hati seseorang. Juga karena
terbalik-balik untuk menentukan mana sebab, mana akibat.
Ketiga, Riwayat Shahih Yang Jelas Menunjukkan Bahwa
'Ali bin Abi Thalib Sendiri Tidak Pernah Memahami Bahwa Beliau Sudah Dilantik
Di Ghadir Khum.
حدثنا يحيى بن آدم حدثنا حنش بن الحارث بن لقيط النخعي الأشجعي عن رياح بن الحارث قال جاء رهط إلى علي بالرحبة فقالوا السلام عليك يا مولانا قال كيف أكون مولاكم وأنتم قوم عرب قالوا سمعنا رسول الله صلى الله عليه وسلم يوم غدير خم يقول من كنت مولاه فإن هذا مولاه قال رياح فلما مضوا تبعتهم فسألت من هؤلاء قالوا نفر من الأنصار فيهم أبو أيوب الأنصاري حدثنا أبو أحمد حدثنا حنش عن رياح بن الحارث قال رأيت قوما من الأنصار قدموا على علي في الرحبة فقال من القوم قالوا مواليك يا أمير المؤمنين فذكر معناه
Dari Riyah bin al-Harits berkata :
Sekelompok orang datang kepada 'Ali di rahbah, kemudian berkata : "Assalamu
'alaika yaa maulanaa"
'Ali menjawab : "Bagaimana bisa aku menjadi maula
kalian sedangkan kalian kaum arab ?"
Orang-orang tsb berkata : "Kami mendengar
Rasulullah Saw pada hari ghadir khum bersabda :"man kuntu maulahu fainna
hadza maulahu". Berkata Riyah : Saat mereka pergi, aku mengikuti
mereka lalu aku tanya siapa mereka, mereka menjawab : Mereka adalah sekelompok
orang Anshar, diantara mereka ada Abu Ayyub Al Anshari.
- Syaikh Hamzah Ahmad al-Zain : Isnadnya shahih
(hadits no. 23453, juz 17 hal. 36)
Perhatikanlah hadits diatas. Ada sekelompok orang
menyapa 'Ali ra dengan sebutan "Maulana", tetapi 'Ali ra sendiri
justru heran, sehingga perlu untuk diingatkan bahwa di Ghadir Khum Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda kepada 'Ali ra, bahwa "Barangsiapa
Aku adalah maulanya, maka ini 'Ali adalah maulanya". Itu adalah
peristiwa yang sangat jelas sekali menunjukkan bahwa 'Ali ra tidak pernah
merasa hadits tersebut sebagai pelantikan dirinya.
Kemudian dengan pertimbangan bahwa peristiwa tersebut
terjadi dilokasi yang dinamakan ar-Rahbah, adalah lokasi yang sama dengan
peristiwa yang disebutkan oleh riwayat yang dibahas pada bagian kedua diatas,
juga pertimbangan bahwa kebiasaan para sahabat untuk meminta kesaksian orang
lain ketika mendengar hadits, maka riwayat dari Riyah bin al-Harits ini secara
alami dapat menjawab pertanyaan "Apa Sebab 'Ali ra mengumpulkan
orang-orang di ar-Rahbah untuk meminta kesaksian atas hadits Ghadir Khum
?". (kecuali ada riwayat lain yang jelas menyebutkan latar belakang
mengapa 'Ali ra mengumpulkan orang-orang di ar-Rahbah untuk meminta kesaksian
tentang hadits Ghadir Khum).
sehingga hari ini para pengikut shiah merayakan hari ghadir khum ini..
Berhati-hati.. zaman kita sekarang sangat hebat fitnah dan ujian yang akan datang... semoga sikit pengongsian ini bermanfaat buat diri ini dan sahabat-sahabat..
0 comments:
Post a Comment